Kapan Harus Balancing Mobil ?
OTOMOTIFNET - Bagi pengendara mobil,
pasti sudah tak asing lagi dengan istilah balancing. Bisa diartikan,
menimbang sisi-sisi ban dan pelek untuk mencapai bobot seimbang.
Manfaatnya, menghindari getaran pada lingkar kemudi saat mobil berjalan, baik pada kecepatan rendah maupun tinggi.
Kata
Suriyadi, “Gunanya untuk mengecek putaran atau getaran yang ditimbulkan
di setiap putaran roda. Berat semua pelek harus sama, jika tak sama
bisa menimbulkan getaran pada kemudi,” ucap pemilik bengkel Jaya Abadi
di Maruya Selatan No 17B, Jakbar ini. Teknisnya, silakan baca ulasan di
bawah ini!
Gaya Sentrifugal
Kenapa beratnya harus
seimbang? Karena pada saat ban berputar, akan terjadi gaya sentrifugal
(gaya semu) yang merata. Namun bila ada salah satu roda yang titik
beratnya berbeda, maka gaya sentrifugal akan cenderung ke arah titik
yang lebih berat. Sehingga akan menimbulkan getaran yang ujung-ujungnya
bikin enggak nyaman.
“Selain itu akan memperpendek usia komponen
suspensi seperti ball joint, sokbreker, tie rod dan bushing-bushing
akibat adanya getaran tersebut,” sambung Bambang Setyono, operational
manager bengkel Nawilis di Radio Dalam, Jaksel.
Nah, yang jadi
pertanyaan, kapan roda itu harus di-balancing? “Saat ganti ban baru,
ganti pelek atau bongkar pelek, setiap menempuh jarak 10.000 km dan saat
terjadi getaran pada kemudi (tanpa proses pengereman),” anjur Bambang.
Namun jika tak ada gejala getar di setir, Bambang lebih menyarankan, “Walaupun mobil
sudah mencapai 10.000 km tapi tak ada gejala getar, sebaiknya tetap
dilakukan balancing. Soalnya getaran di roda yang diredam oleh komponen
suspensi lama kelamaan akan semakin bertambah atau besar sehingga bikin
rusak/aus komponen tersebut.”
Timah Balanced
Pada
proses balancing, untuk memperoleh berat seimbang dipakailah timah
khusus yang ditempelkan pada pelek untuk menambah berat yang kurang
(supaya seimbang). Beratnya berbeda-beda, tidak bisa ditentukan berapa
banyak timah yang diperlukan untuk bikin seimbang satu pelek, baik sisi
kiri maupun sisi kanan.
Timah balance ini terbagi 3 model.
Pertama, timah balance model tempel, khusus dipasang pada pelek racing.
Kedua, timah balance getok khusus pelek standar bawaan pabrik dan timah
balance getok khusus pelek berbahan besi.
“Meskipun timah balance
tempel bisa dipasang pada semua pelek, tapi sebaiknya jangan dilakukan.
Karena akan mempengaruhi tingkat akurasinya. Sebaiknya pakai timah yang
sesuai dengan tipe pelek,” wanti Suriyadi.
Proses Balacing
Sebelum
proses balancing, biar hasilnya lebih maksimal, sebelumnya harus
dilakukan pengecekan awal. Yakni ngecek kondisi ban, pelek dan
kaki-kaki. Kalau kondisi ban sudah aus maupun benjol, sebaiknya diganti
dulu. Bila pelek peyang atau retak, lebih baik dipres (perbaiki) dulu.
Karena akan mempengaruhi hasil balancing.
“Kondisi tie rod, ball
joint, sokbreker dan bushing-bushing juga harus dalam keadaan baik
semua. Kalau ada yang aus atau rusak, juga harus diperbaiki lebih dulu,”
anjur Suriyadi.
Setelah pengecekan di atas dilakukan dan
hasilnya semua dalam kondisi prima, tinggal proses balancing pada alat.
Umumnya, kondisi pelek yang tak seimbang (kekurangan berat) akan dapat
terlihat dilayar monitor alat balancer.
“Tanda panah warna hijau
yang ditunjukkan layar monitor, menunjukkan titik dimana beban atau
timah balance harus ditempelkan. Seberapa beratnya, tinggal melihat
angka di pojok atas kiri atau kanan layar monitor,” terang Bambang lagi.
Intinya, pemberian timah tersebut berguna untuk menyeimbangkan
bobot pelek yang telah dipasangi ban bagian luar dan dalam (kiri dan
kanan).
Seiring
perkembangan zaman dan teknologi, selain mesin balanacer biasa yang
kerap kita lihat di bengkel pada umumnya, juga terdapat mesin bernama
balancing on the car (BOTC). Lebih tepatnya, proses balancing yang
dilakukan saat atau pada roda terpasang di mobil.
Prosesnya,
setelah pelek dan roda di-balancing pada mesin balancer biasa, lalu ban
dan pelek tersebut dipasang kembali pada mobil. Kemudian dibalans ulang
dengan mesin balance khusus yang juga dinamai hi-speed balance.
“Selain
pelek dan ban, baut roda, piringan cakram/tromol rem, poros roda dan
bearing ikut di-balance, sehingga tingkat akurasinya lebih sempurna
dibanding balancing biasa,” ujar Bambang.
BOTC ini biasa
diaplikasi pada mobil-mobil yang sering melaju pada kecepatan tinggi di
atas 100 km/jam atau yang sering melewati jalan tol. Meski ongkosnya 2
kali lebih mahal dibanding biaya balancing biasa, tapi BOTC banyak juga
peminatnya. Baik yang suka lewat jalan tol maupun jalan perkotaan.
“Saat
melaju di tol, getaran pada kemudi sama sekali enggak terasa. Beda
dengan balancing biasa, masih ada getaran semunya. Kenyamanan dan
kestabilan berkendara juga lebih baik,” terang Bambang.
Sumber: http://otomotifnet.com/Mobil/Tips/Kapan-Harus-Balancing-Mobil